Risiko Investasi yang Perlu Diketahui Beserta Contohnya

Risiko Investasi yang Perlu Diketahui Beserta Contohnya

Themarketmogul.comRisiko investasi beserta contohnya bisa kamu dapatkan dalam artikel ini. Saat masyarakat Indonesia sudah membuka mata terhadap literasi keuangan, mereka jadi mulai memahami betapa pentingnya melakukan investasi. Terlebih lagi saat masa-masa pandemi kemarin, mata masyarakat seakan-akan telah di buka paksa untuk bisa melihat serta memahami hal tersebut. Well, penerapan manajemen keuangan yang efektif dalam menghadapi kejadian tak terduga memang harus kamu ketahui dari sekarang. Untuk itulah, disini mimin akan memberitahukan seperti apa risiko yang dapat kamu terima dalam dunia investasi.

Melihat Risiko Investasi Beserta Contohnya

Risiko dalam sebuah investasi tentu saja menjadi potensi atas kerugian yang mampu di alami oleh para investor daripada aktivitas investasinya. Risiko tersebut secara langsung akan terbagi menjadi 2 jenis, yakni : RSR ( Risiko Systematic Risk ) & RUR ( Risiko Unsystematic Risk ). Terkait kejelasannya, bisa kamu lihat pada bacaan berikut : 

1. RSR ( Risiko Systematic Risk )

Telah menjadi sebuah jenis risiko eksternal yang memang tidak akan bisa di hindari atau bahkan dikendalikan oleh para investor. Risikonya, tentu saja bisa mempengaruhi keseluruhan atas semua efek serta tak bisa di kurangi dengan diversifikasi. Nah, yang termasuk risiko tersebut ada pada : 

  • Risiko suku bunga = di mana risiko tersebut akan muncul lantaran terdapat fluktuasi suku bunga, Sehingga, kedepannya jelas akan mempengaruhi adanya pendapatan investasi.
  • Risiko inflasi = di kenal juga sebagai sebuah risiko atas daya beli, berarti terjadi peluang arus kas atas investasi yang mana memiliki nilai rendah di masa depan. Itu semua karena terdapatnya perubahan atas daya beli akibat terjadinya inflasi.
  • Risiko nilai tukar mata uang = valas, akan terjadi karena terdapat perubahan kurs valuta asing dengan contoh ; saat mata uang domestik menjadi lemah.
  • Risiko Komoditas = sudah di picu karena terdapat sebuah perubahan terkait harga komoditas tertentu. Nah, biasanya akan di pengaruhi oleh fluktuasi terkait harga dari permintaan maupun penawaran nya.

2. RUR ( Risiko Unsystematic Risk )

Ini merupakan sebuah investasi yang tak sistematis, dalam artian bisa untuk di hindari ataupun di kendalikan. Siapapun investornya, saat mengalami hal ini ke depannya langsung saja atasi dengan cara membentuk portofolio investasi. Atau lebih gampangnya adalah dengan melakukan diversifikasi. Yang termasuk resiko di dalamnya adalah : 

  • Risiko likuiditas = bisa terjadi lantaran terdapat kesulitan di dalam menyediakan uang tunai dalam periode atau kurun waktu tertentu.
  • Risiko reinvestment = lebih mengacu pada penghasilan atas aset keuangan yang memang mewajibkan perusahaan untuk melakukan reinvest.
  • Risiko finansial = menjadi sebuah risiko yang memang ada kaitan atau hubungan langsung akan struktur pendanaan.
  • Risiko bisnis = ini lebih mengacu pada bisnis perusahaan dari tempat seseorang yang sudah melakukan investasi.

Cara Mengatasi Masalah Risiko Investasi

Keuntungan atau return atas risiko investasi tentunya masih memiliki kaitan satu sama lain. Jika return yang di terima besar, bisa di pastikan bahwa resikonya juga jauh lebih tinggi Begitupun sebaliknya, jika return tersebut kecil maka resikonya juga akan kecil dalam investasi. Nah, agar bisa menghindari atau mengatasi masalah tersebut. Cobalah cara berikut : 

1. Tentukan target investasi – mulai dengan menentukan jangka waktu investasi yang di inginkan sekaligus terjadi daripada jenis investasi hingga risiko yang akan kamu hadapi. Contoh : jika ingin berinvestasi jangka pendek, maka pilihlah reksadana.

2. Rutin dalam mengawasi investasi – sebisa mungkin untuk memonitor adanya pergerakan terkait investasi dengan rutin. Tujuannya agar nantinya, tidak ada masa ketinggalan dalam menarik profit jauh lebih tinggi.

3. Waspada akan penipuan – mengenai hal ini, kamu harus mengetahui apakah lembaga keuangan / perusahaan tempat berinvestasi sudah memiliki legalitas yang jelas. Paling tidak, sudah ada izin resmi dari Bappebti maupun OJK.