Meskipun investasi dalam obligasi, terutama yang di terbitkan pemerintah, di anggap sangat aman untuk pemula, itu tidak berarti tanpa resiko. Perlu di ketahui bahwa setiap instrumen investasi tentu memiliki risikonya sendiri. Di balik imbal hasil yang menggiurkan dari instrumen investasi seperti saham, deposito, atau reksa dana, ada risiko yang harus di toleransi. Oleh karena itu, mengetahui profil risiko Anda sebelum melakukan investasi sangat penting.
Bagaimana dengan risiko yang terkait dengan investasi obligasi? Apakah risiko tersebut dapat di terima oleh kita? Kita akan belajar lebih banyak tentang investasi obligasi, terutama tentang risiko yang mungkin terjadi, sehingga kita dapat mempersiapkan diri dan bahkan meminimalkannya.
Resiko Obligasi yang harus di ketahui
1. Resiko Bisnis
Risiko pasar terkait erat dengan capital loss, yaitu kehilangan uang karena hal-hal yang mempengaruhi pasar keuangan, seperti perubahan suku bunga dan perubahan ekonomi dan politik yang tidak stabil. Saat Anda sebagai investor menjual kembali obligasi di pasar sekunder sebelum jatuh tempo kepada investor lain dengan harga jual lebih rendah daripada harga beli sebelumnya, capital loss juga dapat terjadi. Anda benar-benar rugi karena nilai obligasi Anda turun.
Oleh karena itu, Anda harus lebih berhati-hati jika ingin melakukan investasi dengan metode trading seperti itu. Saat melakukan transaksi, pastikan Anda benar-benar mengetahui kondisi pasar.
2. Likuiditas
Ini adalah resiko apabila pemilik obligasi, juga di kenal sebagai surat utang, memerlukan dana segera. Namun, pada saat itu, surat utang tersebut tidak dapat di jual dengan harga yang wajar. Dengan menjadikan obligasi sebagai agunan atau jaminan, Anda sebenarnya dapat menghindari risiko ini dan tidak perlu khawatir merugi karena menjual obligasi di bawah harga belinya. Jika ada permintaan yang cukup besar untuk membeli obligasi di pasar sekunder, obligasi tersebut dapat di anggap likuid. Selain itu, mungkin karena ada pihak yang berfungsi sebagai penggerak pasar.
Selama transaksi pembelian atau penjualan obligasi, market maker bertindak sebagai pembeii atau penjual.
3. Risiko Gagal Bayar
Ketika penerbit obligasi tidak dapat membayarkan kembali utang kepada investor sampai waktu jatuh tempo yang di sepakati, ini merupakan risiko yang timbul. Namun, perusahaan yang menerbitkan obligasi seringkali menghadapi risiko gagal bayar. Lainnya ketika negara menerbitkan obligasi. karena obligasi negara tidak memiliki risiko gagal bayar karena UU menjamin pembayaran pokok dan kupon obligasi sampai dengan jatuh tempo. APBN, yang di berikan setiap tahun, juga merupakan sumber dana negara.
4. Suku Bunga
Suku bunga obligasi saat ini merupakan faktor risiko berikutnya. Dalam hal ini, nilai obligasi akan meningkat ketika BI Rate turun. Sebaliknya, nilai obligasi cenderung lebih rendah ketika BI rate meningkat. Akibatnya, sebelum memutuskan untuk melakukan investasi, Anda juga harus mengetahui potensi risiko ini.
5. Maturitas
Walaupun kemungkinannya kecil, obligasi negara dan korporasi juga memiliki risiko maturitas. Namun, risiko investasi yang terkait dengan obligasi ini adalah masa jatuh temponya. Dalam kebanyakan kasus, semakin lama masa jatuh tempo sebuah obligasi, semakin tinggi ketidakpastiannya, yang pada gilirannya meningkatkan risiko maturitasnya.
Sebagai contoh, anggaplah perusahaan A menerbitkan investasi selama sepuluh tahun; itu jelas waktu yang cukup lama, bukan? Namun, siapa yang bisa menjamin bahwa bisnis tersebut akan bertahan selama sepuluh tahun lagi? Negara-negara, seperti Uni Sovyet, dapat dipecahkan, tetapi perusahaan?
Selain itu, obligasi negara maju seperti Amerika Serikat memiliki risiko maturitas yang lebih rendah daripada obligasi negara berkembang seperti Indonesia.
Baca Juga :
- Cara Menghitung Obligasi Yang Baik dan Benar
- Resiko Investasi di Pasar Modal yang Perlu Diketahui
- Resiko Investasi Saham Yang Harus Diketahui Oleh Pemula
- Cara Scalping Saham Untuk Mendapatkan Keuntungan
***